BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu masih tinggi yaitu 262/100.000
kelahiran hidup yang masih jauh diatas target. Angka Kematian Ibu (AKI) untuk
MDG’s pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau
dua kali lebih bessar dari target World Health Organization (WHO) sebesar
15/1.000 kelahiran hidup (Anonim, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan Sumatera
Barat tahun 2007 AKI berkidar 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB 30/1.000
kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumbar, 2007).
Untuk menurunkan angka kematian ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) perlu peningkatan standar dalam menjaga
mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah tenaga
kesehatan , dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus
mengupayakan peningkatan mutu dan memberi pelayanan sesuai standar yang mengacu
pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus pembangunan kesehatan terhadap tingginya
AKI dan AKB masih terus menjadi perhatian yang sangat besar dari pemerintah
karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.
Globalisasi mempertinggi arus kompetisi
disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana perawat dan bidan terlibat
didalamnya. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi
dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu
pelayanannya secara terus menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa depan
menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan
mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh karena itu pelayanan
kesehatan yang bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan kepastian
terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan
kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa,
termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja
setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance Program ). Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah penampilan yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Anonim, 2011).
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance Program ). Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah penampilan yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Anonim, 2011).
Azwar
(1996)mengatakan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai
peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai
dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan.
Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan
maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan
berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan
bermutu (Muda, 2008).
Tujuan
pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah mewujudkan Indonesia sehat 2015
yang antara lain memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata. Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama
dan juga merupakan wadah peran serta masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dasar yang tersebar luas di seluruh pelosok tanah air.
Oleh sebab itu
pelayanan kesehatan yang baik memiliki peranan penting untuk memberikan
kepuasan terhadap pasien. Pelayanan yang berkualitas adalah harapan
pelanggan/pasien untuk tetap memilih suatu tempat pelayanan medis (Klinik, Rumah
Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas dan sebagainya) untuk kebutuhan layanan
medis.
Aspek kualitas dan nilai pelayanan harus dilihat dari
dua sisi, yaitu dari sisi petugas dan dari sisi pasien. Dari sisi petugas,
kualitas pelayanan berarti keleluasaan
dalam melakukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien
sesuai dengan standar teknis yang berlaku. Dari sisi pasien, Pelayanan
kesehatan dianggap berkualitas jika sesuai dengan harapannya.
Berdasarkan studi
pendahuluan tersebut penulis tertarik untuk melakukan peninjauan mengenai ” Penilaian
Mutu Pelayanan Kebidanan”.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan
latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai cara penilaian mutu pelayanan
kebidanan berdasarkan daftar tilik yang di kembangkan melalui konsep PDCA
(Plan, Do, Check, Action)
C.
TujuanUmum
Untuk
mengetahui tentang cara penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan siklus
PDCA (Plan, Do, Check, Action)
D.
TujuanKhusus
1.
Untukmengetahuipengertian penilaian mutu
2.
Untuk
mengetahui cara menganalisa masalah berdasarkan siklus PDCA
3.
Untuk
mengetahui bagaimana aplikasi siklus PDCA dalam pelayanan kebidanan
II
PEMBAHASAN
![](file:///C:\Users\SONY\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
Untuk mengukur Derajat Kesempurnaan
tentunya harus dibandingkan dengan sesuatu keadaan kesempurnaan yang di idamkan
atau yang ditetapkan yang dinamakan Standar.
Untuk mengukur mutu pelayanan
kesehatan bisa dilakukan dengan membandingkan Penampilan Pelayanan Kesehatan
dengan standar pelayanan kesehatan yang ditetapkan
![]() |
Mutu pelayanan kesehatan itu sangat
subjektif tergantung pada persepsi, sistim nilai, latar belakang sosial,
pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain baik pada masyarakat ataupun pribadi-pribadi
terkait pada jasa pelayanan kesehatan
Dalam program menjaga mutu terdapat
kumpulan masalah yang harus diselesaikan, setelah cara penyelesaian masalah
berhasil ditetapkan, kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan pada Program
Menjaga Mutu adalah melaksanakan cara penyelesaian tersebut sedemikian rupa
sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Dalam program
menjaga mutu, pelaksanaan kegiatan ini tercakup dalam suatu siklus kegiatan
tertentu yang dikenal dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do, Check, Action)
A. Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah
penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar)
dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006).
Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :
·
Kompetensi Teknis (Technical
competence)
·
Akses terhadap pelayanan (Access
to service)
·
Efektivitas (Effectiveness)
·
Efisiensi (Efficiency)
·
Kontinuitas (Continuity)
·
Keamanan (Safety)
·
Hubungan antar manusia (Interpersonal
relations)
·
Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan
kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam
praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda
persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan
perbedaan dimensi penilaian yaitu :
a.
Bagi
pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan
keramahtamahan petugas terhadap klien
b.
Bagi
penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan
klien
c.
Bagi
penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi
adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada
hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs
and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan
menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan
yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna
kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga
pendekatan penilaian mutu, yaitu :
1. Struktur
·
Struktur meliputi sarana fisik
perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya
manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
·
Struktur = input
·
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat
diukur dari :
a.
Jumlah, besarnya input
b.
Mutu struktur atau mutu input
c.
Besarnya anggaran atau biaya
d.
Kewajaran
2.
Proses
- Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
- Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
- Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
a.
Relevan tidaknya proses itu bagi klien
b.
Fleksibilitas dan efektifitas
c.
Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang
semestinya
d.
Kewajaran, tidak kurang dan tidak
berlebihan
3.
Outcomes
- Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
- Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
- Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
- Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien
Langkah-kangkah dalam menetapkan masalah
mutu:
1. Menyusun daftar masalah
Menggunakan tekhnik kesepakatan kelompok (group decision making):
·
Curah pendapat (brain storming)
·
Kelompok minimal (nominal group)
2. Melakukan konfirmasi daftar masalah
Dapat dilakukan dengan:
·
Mengumpulkan daftar masalah secara
langsung
·
Mengumpulkan daftar masalah secara tidak
langsung, yaitu dengan meminta pendapat staf lain yang terkait tentang kebinaran
daftar masalah yang telah disusun
3. Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan
·
Kesepakatan (consensus)
·
Pemungutan suara
4. Merumuskan masalah
·
Apa masalahnya
·
Siapa yang terkena masalah
·
Seberapa besar masalah itu
·
Dimana terjadinya
·
Bilamana masalah itu terjadi
5. Menetapkan penyebab masalah mutu, bisa berasal dari:
·
Unsur masukan (Input)
·
Unsur proses (process)
·
Unsur lingkungan (environmnet)
Langkah menetapkan penyebab masalah mutu:
1.
Menyusun daftar penyebab masalah
Penyebab masalah adalah “sebab” yang telah teridentifikasi. Gunakan teknik
curah pendapat atau kelompok nominal. Untuk membantu menyusun daftar penyebab,
dapat menggunakan diagram tulang ikan (fish bone diagram)
2.
Konfirmasi daftar penyebab masalah
·
Melihat/ mengakaji daftar penyebab masalah
·
Menanyakan daftar penyebab masalah kepada
staf yang terkait
3.
Menetapkan urutan prioritas penyebab
masalah
·
Dapat menggunakan teknik kriteria matriks
Namun lazimnyadigunakan siklus PDCA, yang
dijelaskan dibawah ini:
B. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali
diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart
cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do,
Check, Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu
proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan
dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh
Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming
Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W.
Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern
sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri
selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari
nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian
kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan
suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.
![](file:///C:\Users\SONY\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.gif)
![](file:///C:\Users\SONY\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.gif)
|
1.
Perencanaan (
Plan )
Tahapan pertama
adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya
menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur
rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir
yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian
masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu
yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a.
Judul
rencana kerja (topic)
b.
Pernyataan
tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement)
c.
Rumusan
tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target)
d.
Kegiatan
yang akan dilakukan (activities)
e.
Organisasi
dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f.
Biaya
yang diperlukan (budget)
g.
Tolak
ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua
yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan
rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu
terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut
dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini
diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok
manajerial, yaitu:
a.
Keterampilan
komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap
cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b.
Keterampilan
motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c.
Keterampilan
kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d.
Keterampilan
pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga
yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :
a.
Sampai
seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
b.
Bagian
mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan
baik
c.
Apakah
sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d.
Apakah
cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat memeriksa
pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yakni :
1)
Lembaran
pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan
untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah
pembuatan lembar pemeriksan adalah:
a)
Tetapkan
jenis penyimpangan yang diamati
b)
Tetapkan
jangka waktu pengamatan
c)
Lakukan
perhitungan penyimpangan
2)
Peta
kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang
mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
a)
Tetapkan
garis penyimpangan minimum dan maksimum
b)
Tentukan
prosentase penyimpangan
c)
Buat
grafik penyimpangan
d)
Nilai
grafik
4. Perbaikan
(Action)
Tahapan keempat
yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan
cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah
diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan
serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil
tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
ANALISA PDCA
PLAN :Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan :
PLAN :Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan :
·
Apa yang
diperbaiki
·
Siapa yang
terlibat
·
Kapan
dilaksanakan
·
Dimana
dilaksanakan
·
Bagaimana
caranya
·
Ke
arah mana goalnya
DO :Melaksanakan
perubahan berdasarkan rencana yang ditetapkan
·
Siapa yang
melaksanakan perubahan
·
Kapan
dilaksanakan perubahan
·
Sarana apa saja
yang dibutuhkan
·
Bagaimana
mekanisme pelaksanaan
·
Lokasi mana
sebagai uji coba
CHECK :Mengamati
pengaruh perubahan
·
Apa
pelaksanaan telah sesuai rencana
·
Apakah proses
perubahan perlu perbaikan ditinjau dari klien
·
Faktor apa yang
mendukung
·
Faktor apa yang
menghambat
·
Perubahan
dari sisi mutu pelayanan
ACTION :Bertindak
berdasarkan hasil evaluasi dan lanjutan perbaikan proses
·
Melihat hasil
dari Check
·
Menetapkan
mekanisme perubahan
·
Menentukan
protap terkini
·
Menentukan
sasaran perubahan
·
Advokasi
perubahan
·
Penilaian berkelanjutan
IMPLEMENTASI
Implementasi
konsep PDCA
Konsep
PDCA yang pada hakekatnya merupakan siklus, maka pada implementasinya akan
membangun budaya mutu yang continual improvement. Implementasi konsep PDCA
untuk desain wewenang dan tanggungjawab dijabarkan berikut ini.
Penjabaran dari
konsep PDCA ini ke dalam kata-kata operasional adalah sebagai berikut:
·
Plan : menyusun,
merencanakan, mengkoordinasikan, mensosialisasikan,mengkomunikasikan,
·
Do : melakukan,
melaksanakan, menerapkan, mengimplementasikan,
·
Check :
memeriksa, memonitor, mengecek, mengukur, mengevaluasi, mengoreksi
·
Act :
melaporkan, mempertanggungjawabkan, menindaklanjuti, memperbaiki, meningkatkan.
ILUSTRASI
1
Contoh pembuatan Puskesmas dengan siklus PDCA
Latar Belakang
Puskesmas
Padusunan ini dalam pembangunannya bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan
yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memnuhi kebutuhan yang
dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang baik, tepat waktu tanggap serta
mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya penyakit atau meluasnya
penyakit.
Di
dalam Puskesmas Padusunan memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas yang
ada didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol
layanan pendukung lainnya yang semoga saja menjadi suatu yang efektif serta
efisien untuk menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
Dalam
sistem Puskesmas Padusunan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana
membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka Kami membuat suatu
perencanaan di dalamnya penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar
Tilik, kami menggunakan sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan,
Kerjakan, Cek dan Tindak lanjuti.
Puskesmas
Padusunan
1.
Denah Puskesmas Padusunan
![](file:///C:\Users\SONY\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.gif)
|
2.
Ruang-ruang di Puskesmas
Padusunan :
a. Ruang Prndaftaran
b. Ruang Karyawan
c. Ruang Tunggu
d. Toilet
e. Ruang Tunggu Rawat Inap
f. Ruang Persalinan
g. Ruang Water Bone
h. Ruang Bayi
i.
Mother corner
j.
Ruang Balita
k. Ruang Pemeriksaan
l.
Apotik
m. Kantin
n. Parkir / Halaman
3.
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi sebagai berikut:
a.
Ketua :
b.
Wakil :
c.
Sekretaris :
d.
Administrasi :
e.
Kepala Ruangan :
f.
Gizi :
g.
Humas :
h.
Fasilita :
i.
Sie Kebersihan :
4.
Pelayanan Di Puseksmas Padusunan
Dalam hal ini kami merencanakan Berbagai
pelayanan-pelayanan atau fasilitas-fasilita yang ada di Puseksmas Padusunan
diantaranya Yaitu:
a. Persalinan
normal dengan perlengkapan yg lengkap
Fasilitas
ini kami sediakan untuk menambah nilai mutu pelayanan agar klien merasa nyaman
dan aman saat akan melakukan persalinan karena apa yang di butuhkan klien sudah
tersedia di ruang persalinan.
b. Layanan
rujukan
Kami juga
mempunyai layanan rujukan, agar jika terjadi diluar kehamilan normal kami telah
siap dengan merujuk klien di rumah sakit yang kami tunjukkan karna kami bekerja
sama dengan pihak rumah sakit.
c. Ruangan
Khusus perawatan Bayi
Kami
menyediakan ruangan khusus perawatan Bayi agar bayi dapat beristirahat atau
tersedinya kebutuhan bayi di ruangan ini
d. Senam Hamil
Senam Hamil
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Janin dan juga untuk memuaskan
Ibu dalam pelayan kami
e. Senam Nifas
Senam nifas
ini agar keluhan-keluhan yang di alami ibu dapat berkurang dan sebelum ibu
pulang senam nifas ini dilakukan
f. Penyuluhan
Mengenai Perawatan Bayi
Di Puseksmas
Padusunan ini kami menyediakan pendidikan tentang bagaimana ibu merawat bayi
saat di rumah nanti agar anak tersebut mendapatkan asupan dan kebutuhan yang
cukup
g. Pelayanan KB
Kami juga menyediakan pelayanan KB
lengkap
h. Other corner
Ruangan ini bila ibu ingin melakukan
persalinan tekniik di air
i.
Ruang Perawatan Balita
j.
Perawatan Ibu dan Bayi selama 5 hari 4 malam
Kami
menyediakan perawatan ibu dan Bayi selama 5 hari 4 malam dalam hal ini selama
dalam perawatan di Puskesmas Padusunan ibu dan bayi di rawat, memberikan
kebutuhan yang di butuhkan, pendidikan tentang bayi dan sebagainya
5.
Beberapa Fasilitas Di Puseksmas Padusunan
Terdapat fasilitas di ruang
masing-masing kami akan menyebutkan di antaranya saja yaitu:
a. Ruang
Pendaftaran
·
Perlengkapan Alat Tulis
·
Komputer
·
Loker
·
Meja
·
Kursi
·
Kipas Angin
·
TV
b. Fasilitas
Ruang Persalinan
·
2 buah tempat tidur untuk bersalin
·
Alat vacuum ekstraktor sebagai alat bantu pertolongan
persalinan dengan ekstrasi vacum
·
CTG untuk mendeteksi detak jantung
·
Tabung Oksigen
·
Air Conditioner
·
Toilet
c.
Fasilitas Ruang Balita
·
Tempat tidur Balita
·
Lemari Untuk Perlengkapan Balita
·
Karpet
·
AC
·
Mainan Anak-anak
·
Tempat Sampah medis Non medis
·
Sofa
·
Westafel
·
Toilet
·
Tabung Oksigen
·
Kamera CCTV
d.
Fasilitas Ruang Bayi
·
Tempat tidur Bayi
·
3 Lemari Untuk perlengkapan Bayi
·
Kereta bayi
·
Karpet
·
Inkubator
·
Tabung oksigen
·
Mainan
Melaksanakan
PDCA di Ruang Bayi Dan Balita
1.
PLANT
Merencanakan
meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas di ruang bayi dan balita yang
melibatkan seluruh anggota petugas yang bekerja di Puskesmas Padusunan di
laksanakan Minggu depan Perencanaan tersebut yaitu menambah fasilitas –
fasilitas yang ingin tercakupi di ruang bayi dan balita agar nilai mutu
pelayanan mengalami peningkatan.
Pencakupan fasilitas-fasilitas
tersebut diantaranya:
Fasilitas di ruangan Bayi dan Balita:
a. Perawatan
Bayi dan Balita Khusus
Kami disini ingin perawatan bayi dan balita khusus terpisah dengan
ruangannya agar kenyaman masing-masing antara bayi dan balita memuaskan
b.
Pemijatan Bayi
Di ruangan bayi kamu juga akan melakukan pemijatan bayi agar bayi merasa
relaks dan peredaran darah bayi lancar.
c.
Memandikan bayi
Agar bayi selalu segar dan bersih dan juga untuk kesehatannya kebutuhan
bayi pun terpenuhi.
d.
Menyusui Bayi
Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau
ibunya bisa menghampiri bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena tersedia
sofa.
e.
Keamanan CCTV
f.
Penjemuran
g.
Kenyamanan Bayi dan Balita
2.
DO
Melaksanakan
perubahan – perubahan dilaksanakan oleh petugas yang bertugas di ruangan Bayi
dan Balita. Dalam hal ini kami mencoba pelaksanaan yang akan kami terpkan di ruang bayi
Sarana Yang di butuhkan diantaranya:
a.
Ruangan Bayi
·
6 Tempat tidur bayi dan balita
·
Mainan
·
3 Kereta Bayi
·
Karpet
·
Gambar / hiasan dinding
·
Inkubator
·
Tong sampah
·
Westafel
·
2 Bath tube
·
4 Kamera CCTV
·
Penghangat Ruangan
·
1 Kipas Angin
·
Sofa
·
Atap Otomatis
b.
Ruangan Balita
·
Tempat tidur Balita
·
1 Tabung oksigen
·
1 AC
·
Mainan
·
Gambar/hiasan dinding
·
2 Kamera CCTV
·
Toilet
·
Sofa
·
Lemari
·
Westafel
Mekanisme
pelaksanaan :
a. Setelah 6 jam bayi lahir dan di susui bayi di mandikan
b. Di tidurkan di tempat tidur
c. Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau
ibunya bisa menghampiri bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena tersedia
sofa
d. Bayi juga di beri penerangan yang cukup
e. Suhu bayi terjaga karena terdapat pengatur suhu
f. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30 menit
g. Pemijatan bayi di pagi hari
h. Bayi dimandikan 2kali sehari
i.
Mengadakan terapi otak untuk
melatih sistem kerja otak kiri dan kanan contoh nya
j.
Bermain puzzle dan
mengadakan permainan lain nya
k. Memeberikan pendididkan anak usia dini kepada masing masing ibu
l.
Mengadakan imunisasi
m. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30 menit
n. Pemijatan bayi di pagi hari
o. Bayi dimandikan 2kali sehari
3.
CHECK
Pelaksanaan tersebut lumayan baik terlaksana perubahan tersebut perlu
ditinjau dari klien:
Faktor
mendukung:
a. Fasilitas meningkat
b. Bayi dan balita terjaga dan ibu merasa puas
c. Kebutuhan bay dan balita lebih terpenuhi
Faktor
Penghambat:
a.
Petugas mungkin merasa
kelelahan karna terus menjaga bayi dan balita
b.
Biaya mahal
c.
Keinginan pasien yang selalu
ingin di utamakan
4.
ACTION
Terlihat dari check bahwa faktor tersebut meningkatkan mutu pelayanan
sehingga klien merasa puas namun dalam hal ini juga terdapat penghambat yaitu
petugas merasa kelelahan karna terus mengawasi bayi dan juga biaya yang
dikeluarkan klien pun terbilang mahal karena fasilitas tersebut sehingga mutu
pelayanan tersebut hanya bisa di rasakan oleh kalangan menengah ke atas.
Akan tetapi Puskesmas Padusunan ini memberikan kesempatan untuk kalangan tidak mampu dan menengah dengan
di adakan surat keterangan tidak mampu .
Kami akan memberikan
toleransi kepada keluarga tidak mampu agar dapat pelayanan kesehatan yang
baik.Dan Puskesmas Padusunan ini mengadakan
pendidikan kesehatan bagi remaja, bumil, bufas dan balita
KHUSUS :
Puskesmas Padusunan ini menyediakan program “ aku dan ibu”.
Program
ini memberikan pedidikan untuk balita dan ibu bagaimana cara menangani balita
yg aktif, pasif maupun yg kekurangan/cacat mental.
ILUSTRASI
2
PERMASALAHAN
YANG ADA PADA PUSKESMAS “T” :
·
Ruang
periksa KIA sempit
·
Ruang
rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS
· Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional
4. RUANG
PERIKSA KIA SEMPIT
a. Dari
hasil penelitian tiap ruangan → paling bermasalahruangan KIA
b. Penyebab:
Terbatasnya lahan yang disediakan untuk pembangunan tempat pelayanan kesehatan dan terlalu banyak pasien sehingga ruangan sangat pengap dan sempit
Terbatasnya lahan yang disediakan untuk pembangunan tempat pelayanan kesehatan dan terlalu banyak pasien sehingga ruangan sangat pengap dan sempit
c. Rekomendasi
peneliti:
·
Ubah
kondisi ruang periksa KIA dengan penataan tempat yang lebih nyaman
·
Memperluas lahan
ruang periksa KIA
5. RUANG
RAWAT INAPNYA KURANG MEMADAI DAN PERLU DITAMBAH KHUSUSNYA RUANG RAWAT INAP
NIFAS
a. Kondisi
sekarang : 1 ruangan KIA,1 ruangan UGD ,dan terdapat 2 ruangan rawat inap yang
mana ruangaan 1 khusus pasien dewasa dan ruangan 2 khusus pasien anak-anak
b.
Penyebab :
·
Terbatasnya
dana untuk pembangunan tempat pelayanan
·
Terbatasnya
lahan yang disediakan oleh pihak pemerintah
c.
Rekomendasi
peneliti :
·
Ajukan tambahan
dana pada dinas kesehatan untuk perbaikan tempat pelayanan sehingga tenaga
kesehatan dapat memberikan fasilitas yang memuaskan pada pasien
6. KURANGNYA
TENAGA KESEHATAN YANG PROFESIONAL
a. Kondisi
sekarang: satu dokter spesialis terjadwal dan tidak menetap.
b. Penyebab:
·
Kurangnya
pengetahuan dari tenaga kesehatan dalam segi teori
·
Kurangnya
pengalaman dalam melakukan tindakan
·
Pasien
berharap bisa mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih mudah
prosedurnya
c.
Rekomendasi
peneliti:
·
Tes penerimaan
tenaga kesehatan baru lebih diperketat
·
Beri penjelasan
kepada pasien bahwa menyediakan tenaga kesehatan yang professional di puskesmas
bukanlah suatu hal yang mudah.
PLANT
(P) perencanaaan dari masalah :
1.
Ruang Periksa
KIA Sempit
·
Merencanakan
perubahan ruangan
2.
Ruang rawat
inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS
·
Merencanakan
pengajuan penambahan dana pada dinas kesehatan
3. Kurangnya
tenaga kesehatan yang profesional
·
Mengadakan
penerimaan tenaga kesehatan baru yang lebih prifesional
DO
(D) /Pelaksanaan
1. Ruang
Periksa KIA Sempit
·
Ubah kondisi
ruangan periksa KIA dengan penataan tempat yang nyaman
2. Ruang
rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS
·
Rujukan tambahan
dana pada dinas kesehatan untuk perbaikan fasilitas pelayanan
3. Kurangnya
tenaga kesehatan yang profesional
·
Menerima tenaga
kesehatan baru yang lebih berkompeten melalui penyaringan yang lebih ketat
CHECK
(C)
1.
Ruang Periksa
KIA Sempit
·
Mengevaluasi
kondisi ruangan apakah sesuai standart pelayanan
2.
ruang rawat
inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS
·
Mengevaluasi
dana yang di ajukan tepat sasaran atau tidak
3.
kurangnya tenaga
kesehatan yang profesional
·
Mengevaluasi
apakah tenaga kesehatan mampu berkompeten atau tidak
ACTION
(A)
1.
Ruang Periksa
KIA Sempit
·
Apabila kondisi
ruangan belum memenuhi Standart maka petugas kesehatan lebih meningkatkan
pelayanannya
2.
Ruang rawat
inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS
·
Apabila
pengajuan dana sudah disetujui untuk Langkah selanjutnya segera dilakukan
penambahan ruangan
3.
Kurangnya tenaga
kesehatan yang profesional
·
Apabila tenaga
kesehatan kurang berkompetan bisa diadakan pelatihan dan pembinaan ketrampilan
petugas kesehatan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah
penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar)
dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006)
PDCA merupakan rangkaian
kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, pengawasan
kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan
mutu pelayanan
Siklus PDCA digunakan
dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
B. Saran
1.
Sebagai seorang calon bidan kita harus
mngetahui langkah atau strategi apasaja yang hendaknya kita lakukan untuk
menjaga dan meningkatkan nilai mutu pelayanan kebidanan
2.
Dengan mengetahui cara penilaian mutu
pelayanan kebidanan, kita dapat lebih termotivasi untuk tetap meningkatkan mutu
pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat
3.
Diharapkan pada praktisi kesehatan untuk terus belajar
demi meningkatkan skill masing-masing sehingga program pelayanan kesehatan
dapat berjalan dengan baik, terstandar dan dapat meningkatkan kualitas dan mutu
dari pelayanan kesehatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Kes.
RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982
Azrul
Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993
Azrul
Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993
Departemen
Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,Jakarta, 1992
Dep. Kes.
RI. Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,Jakarta
Saifuddin(2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP,
Jak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar