Jumat, 31 Oktober 2014

cara menggerakkan dan meningkatkan peran serta masyarakat melalui pembinaan kader



BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah 35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN. Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam penurunan AKI dan AKB.
Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang didalamnya terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada dalam Poskesdes itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga masyarakat yaitu 2 orang kader.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkkan dan memperdayakan masayarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat
Apabila masyarakat telah menyadari telah menyadari maslah yang dihadapinya, maka perlu diberikan informasi umum lebih lanjut tentang maslah yang bersangkutan
Perubahan dari tahun ke tahun pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan permasalahannya yang terjadi. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau dapat diatasi.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka kami tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi dan mengkaji lebih jauh apa yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan dalam menurunkan AKI dan AKB, yaitu dengan bekerja sama dan membina kader kesehatan.
C.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang cara menggerakkan dan meningkatkan peran serta masyarakat  melalui pembinaan kader
D.      Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui pengertian kader
2.    Untuk mengetahui peran dan fungsi kader
3.    Untuk mengetahui pembentukan kader
4.    Untuk mengetahui Strategi menjaga eksistensi kader
5.    Untuk mngetahui pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
6.    Untuk mngetahui pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas serta rujukan
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian



PEMBINAAN KADER Di KOMUNITASKader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Direktorat Bina Serta Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1992) memberikan batasan kader sebagai warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader secara sukarela bersedia berperan melaksanakan dan mengelola kegiatan KB di desa.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara full-time atau part-time dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

B.  Peran Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
1.    Perilaku hidup bersih dan sehat
2.    Pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
3.    Upaya penyehatan dilingkungan
4.    Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
5.    Permasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi)
Peran kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat dibidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu. Selain dalam kegiatan Posyandu, kader juga mempunyai peran dalam kegiatan posyandu, yaitu sebagai berikut:
a.    Merencakan kegiatan antara lain menyiapkan dan melaksanakan survey mawas diri, membahas hasil survey, menentukan maslah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, serta membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
b.    Melakukan komunikasi, memberi informasi, dan motivasi tatap muka (kunjungan) dengan menggunkan alat peraga serta melakukan demonstrasi (memberikan contoh)
c.    Menggerakkan masyarakat, mendorong masyarakat untuk bergotong royong, memberi informasi, serta mengadakan kesepakatan kegiatan yang akan dilaksanakan
d.   Memberikan pelayanan, yaitu membagi obat, membantu pengumpulan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang di desanya dan melaporkannya, memberikan pertolongan pemantauan penyakit, serta menmberikan pertolongan pada kecelakaan
e.    Melakukan pencatatan seperti berikut ini.
·      Keluarga berencana (KB) atau jumlah pasangan usia subur, jumlah peserta KB aktif
·      Kesehatan ibu dan anak, jumlah ibu hamil, vitamin A yang akan dibagikan
·      Imunisasi, seperti jumlah imunisasi tetanus toksoid (TT) ibu hamil dan jumlah bayi atau balita yang diimunisasikan
·      Gizi, seperti jumlah bayi yang mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangannya
·      Diare, seperti jumlah oralit yang dibagikan, pederita yang ditemukan dan dirijuk
f.     Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB-kesehatan dan upaya kesehatan lainnya
g.    Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan
h.    Melakukan pertemuan kelompok

C.    Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
1.    Calon kader yang kan dilatih
2.    Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3.    Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4.    Adanya perlengkapan yang memadai
5.    Pendanaan yang cukup
6.    Adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tenaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
a.    Pengantar tentang posyandu
b.    Persiapan posyandu
c.    Kesehatan ibu dan anak
d.   Keluarga berencana
e.    Imunisasi
f.     Gizi
g.    Penangulangan diare
h.    Pencatatan dan pelaporan

D.    Strategi menjaga Eksistensi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1.    Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu
2.    Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3.    Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4.    Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya. Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :
a.    Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
b.    Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
c.    Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
d.   Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
e.    Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang ibu
Disini kami hanya membahas 2 hal yang diatas yaitu pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga) dan pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.

1.    Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
Peran kader dalam “Siap Antar Jaga”
Peran kader dalam “Siap Antar Jaga” disini yang dimaksudkan adalah kader melakukan deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak dengan menggunakan Buku KIA kader harus selalu siap mengantar dan menjaga apabila ada ibu atau anak yang memerlukan pertolongan dan perawatan tenaga kesehatan (akan dirujuk). Selain itu juga, kader diharapkan mampu memberitahu dan membantu keluarga ibu atau anak yang akan dirujuk dalam hal persiapan apa saja yang harus dibawa ternasuk buku KIA

Pertolongan Pertama Kader Bila Ada kasus “Resiko Tinggi
Resiko tinggi adalah sesuatu yang mengingatkan bahaya terhadap kesehatan. Contohnya pada ibu hamil. Kader diharapkan dapat mencari faktor-faktor resiko tersebut pada wanita hamil dalam masyarakat. Beberapa diantaranya dapat membuat kehamilan lebih berbahaya terhadap ibu dan bayi.
Faktor-faktor resiko ibu hamil:
1)   Usia ibu < 17 tahun
2)   Ibu sudah mempunyai anak lebih dari 6 orang
3)   Jarak anak terkahir kurang dari 2 tahun dengan kehamilan yang sekarang
4)   Ibu pernah mengalami perdarahan berat saat melahirkan anak yang terakhir
5)   Anak terakhir lahir mati atau segera setelah lahir
6)   Anak terakhir lahir teramat kecil (< 2,5 kg)
7)   Ibu pernah melahirkan anak kembar
8)   Proses kelahiran anak terakhir terlalu sulit
9)   Tinggi ibu < 145 cm
10)    Berat badan ibu < 45 kg atau > 80 kg
11)    Badan ibu tampak pucat dan lemah
12)    Ibu menderita penyakit seperti: TBC, jantung, malaria, kencing manis, ginjal atau pernah mengalami operasi perut

Bila kader menemukan ibu hamil dengan salah satu faktor resiko tersebut diatas, maka kader harus:
a.    Menjelaskan kepada si ibu atau keluarganya tentang resiko yang dapat terjadi dalam suatu kehamilan
b.    Menjelaskan kepada ibu atau keluarganya bahwa ia perlu diperiksa oleh bidan atau merundingkan dengan keluarga tersebut ketempat pelayanan kesehatan terdekat, dan seyogyanya kader juga ikut mengantar

2.    Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas serta rujukan
a.    Tanda-tanda bahaya kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawa ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan.
Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi :
1)   Perdarahan jalan lahir
2)   Kejang
3)   Sakit kepala yang berlebihan
4)   Muka dan tangan bengkak
5)   Demam tinggi menggigil / tidak
6)   Keluar air ketuban sebelum waktunya
7)   Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
8)   Ibu muntah terus dan tidak mau makan

b.    Tanda-tanda bahaya dalam persalinan
Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1)      Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
2)      Perdarahan lewat jalan lahir
3)      Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
4)      Ibu tidak kuat mengedan dan mengalami kejang
5)      Air ketuban keruh dan berbau
6)      Setelah bayi lahir, plasenta tidak lahir
7)      Ibu gelisah dan mengalami kesakitan yang hebat

c.    Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik pada ibu ataupun bayi. Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru bersalin adalah perdarahan karena sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi depresi bayi dan atau trauma
Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga tentang tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari tatalaksana tersebut. Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami dan keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah segera kesarana pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.

Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan meliputi :
1)   Perdarahan banyak atau menetap
2)   Rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat
3)   Bengkak pada salah satu atau kedua kaki
4)   Rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah warna.
5)        Demam tanpa atau dengan menggigil
6)        Adanya kesedihan yang mendalam atau mengalami gangguan jiwa
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan dari bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.

Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi
Pada bayi sebagian besar penyebab kematian adalah karena infeksi, asfiksia dan trauma pada bayi. Pengenalan tanda-tanda kegawatan pada bayi perlu untuk dilakukan penatalaksanaan lebih dini yang sesuai yang dapat menurunkan kematian tersebut.
Kegawatan bayi dapat terjadi hari-hari pertama masa nifas dan perlu pertolongan segera ataupun dalam 7 hari pertama masa nifas yang juga memerlukan pertolongan disarana pelayanan kesehatan.
Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus segera dibawah kesarana pelayanan kesehatan / hubungi bidan :
1)   Bayi sulit bernafas
2)   Warna kulit dan mata kuning
3)   Pernafasan lebih dari 60 x / menit
4)   Kejang
5)   Perdarahan
6)   Demam
7)   Bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek sepanjang hari.
8)   Tidak dapat menetek (mulut kaku)
Kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan perawatan bidan / dibawah kesarana pelyanan kesehatan secepatnya :
1)      Hypothermia
2)      Pucat / kurang aktif
3)      Diare / konstipasi
4)      Kesulitan dalam menetek
5)      Mata merah dan bengkak / nanah
6)      Merah pada tali pusat / tercium bau

d.    Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan / fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti :
1)   Pembedahan termasuk bedah sesar
2)   Transfuse darah
3)   Persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam
4)   Pemberian anti biotik intravena
5)   Resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan adalah wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal, jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluarga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayinya, termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu penyulit, seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan apabila diperlukan.

Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana rujukan :
1)   Siapa yang akan menemani ibu dan BBL
2)   Tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)
3)   Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya ingat bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang maupun malam.
4)   Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan.
5)   Oang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
6)   Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak diru      mah.
Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal / diawal persalinan (jika mungkin). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk dapat mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melakukan semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
·      B (Bidan) :
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah kefasilitas rujukan.
·      A (Alat) :
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan

·      K (Keluarga) :
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.

S (Surat) :
Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-obatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik

O (Obat) :
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan.

K (Kendaraan) :
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.

U (Uang) :
Ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.







BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Peran kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, seperti pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan dan pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukan

B.  Saran
1)   Sebagai seorang calon bidan kita harus mngetahui langkah atau strategi apasaja yang hendaknya kita lakukan untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
2)   Setelah mempelajari sub bab mengenai pembinaan kader kesehatan, nantinya kita bisa melakukan mitra dengan kader (masyarakat) dalam menjalankan tugas kita sebagai petugas kesehatan sehingga tercapailah program pemerintah dalam memerangi angka AKI dan AKB tersebut






DAFTAR PUSTAKA

Karwati, dkk. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). 2011. Jakarta: Trans Info Media
Meilani, niken, dkk. Kebidanan Komunitas. 2009. Yogyakarta: Fitramaya
Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. 2006. Perspektif Gender dan HAM  dalam Asuhan   Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan pendidikan kesehatan Perempuan.
Yulifah, Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Runjati. 2010. Asuhan kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar